Resensi Novel Ayah Menyanyangi Tanpa Akhir

Oleh Izzata Sabbahana Falikulisbah


Identitas buku

Judul : Ayah Menyayangi Tanpa Akhir
Pengarang : Kirana Kejora
Penerbit : Zettu
Tahun Terbit : 2015
Kota Terbit : Jakarta Timur
Jumlah Halaman : 372 halaman

Orientasi :

          Ayah menyayangi tanpa akhir merupakan salah satu novel best seller di Indonesia. Novel ini sudah difilmkan pada tahun 2015 dan banyak disukai oleh kalangan masyarakat. Novel ini diambil berdasarkan kisah nyata tentang mensyukuri dan menikmati arti kesepian, kesenyapan, kehilangan, hingga pada saatnya kita memang harus sendiri.

Sinopsis :

          Novel ini menceritakan perjuangan seorang ayah, Arjuna Dewangga dalam mengobati penyakit dan menyembuhkan anaknya, Rajendra Mada Prawira, yang melawan penyakit kanker otak yang sangat ganas. Kanker otak biasanya agresif dan berakibat pada kematian dalam rentang waktu yang singkat. Rencana perawatan Mada dapat memperpanjang kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pendek.

          Juna, seorang single parent sangat terpukul dengan penyakit anaknya itu. Semenjak istrinya, Keisha Mizuki meninggal saat melahirkan Mada, Juna merawat Mada sendiri. Keluarga Juna tak menerima Mada karena saat itu Juna menikahi gadis Jepang yang ditemuinya. Karena keluarga Juna seorang bangsawan di Solo, mereka menentang Jepang yang pernah menjajah Indonesia dulu.

          Meskipun begitu, Juna tak henti-hentinya melakukan hal terbaik untuk kesembuhan Mada. Ia rela menghabiskan uang berapapun agar Mada bisa sembuh. Juna yang hanya seorang apoteker, mencari obat yang bisa menyembuhkan Mada, apapun itu.

          Hari itu Mada mengikuti perlombaan mobil balap, katanya ia sudah baik-baik saja. Ayahnya terus mendukungnya. Mada dapat membawa mobil itu sampai ke garis finish dan dapat menyabet gelar juara. Namun takdir berkata lain, Mada terkulai lemas tanpa kesadaran. Wajahnya pucat, namun menyiratkan senyum. Matanya sayu dan terkatup pelan di pangkuan Juna. Sirkuit Rorotan Kirana Legacy, tempat terakhir mereka menjalani kebersamaan. Mada telah kembali ke sang pemilik sesungguhnya. Ia pergi dengan penuh kemenangan dan ketenangan.

Analisis :

          Mada meninggalkan sepucuk surat kecil untuk Juna, yang berisi bahwa Mada sangat mencintai Juna. Juna merasa gagal menjadi ayah yang baik untuk Mada. Mada sangat bersyukur memiliki ayah seperti Juna, yang tangguh merawat Mada, sabar menghadapi kenakalan Mada, dan tabah menghadapi kesakitan Mada. Ayah Mada adalah ayah yang kuat. Mada menyayangi ayah tanpa batas, seperti cinta ayah tanpa akhir.

Evaluasi :

          Novel ini banyak memberi pelajaran kepada pembacanya. Bahwa hal yang kita miliki di dunia ini hanya sementara. Kita harus rela apapun yang ditakdirkan oleh Tuhan kepada kita. Keluarga adalah segalanya. DAD, LOVE YOU FOREVER.

 
Izzata bersama bukunya

Izzata saat membaca

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog