Resensi Novel Moga bunda di sayang Allah


Oleh : Firsyahnda Septian N

Identitas buku 
Judul.                 : Moga bunda di sayang                                        Allah
Pengarang.        : Tere-liye
Penerbit.            : Republika penerbit
Tahun terbit.     : 2006
Tebal halaman. : 306
Kota terbit.         : Jakarta


Orientasi 
           Moga bunda di sayang Allah adalah buku karangan Tere-liye yang terbit pada tahun 2006, cerita ini di adaptasi dari kisah nyata Hellen Adams Keller

Sinopsis
          Novel ini menceritakan tentang "Melati" anak berusia 6 tahun yang mengalami keterbatasan. Ia mengalami buta dan tuli otomatis dia juga bisu. Karena keingin tahuannya akan segala hal yang tidak bisa ia lakukan, sering kali Melati mengamuk dan suka melempari barang -barang apapun yang ada di dekatnya. Jangan di tanya seberapa besar frustasinya dia. Kedua orang tua Melati Tuan HK dan Nyonya HK sempat putus asa akan keadaan Melati yang semakin tak terkendali, semua hal telah merka lakukan untuk menyembuhkan Melati, bahkan memanggil dokter terbaik dari luar negeri dan hasilnya nihil, tak ada perubahan apapun yang terjadi pada Melati.
Sementara di pinggir pantai sana terdapat pemuda yang hidupnya bagai kelelawar, Tidur di siang hari dan bangun pada malam hari untuk sekedar duduk di pinggiran bar dan mabuk mabuk an. Pria berusaha 27 tahun itu adalah penyelamat bagi Melati, Sudah banyak surat yang Bunda Melati kirimkan pada pemuda itu namun tak satupun surat yang jangankan di balas, di baca saja tidak.
Akhirnya Bunda memutuskan untuk mengunjungi rumah "Karang" nama pemuda itu. Awalnya Karang sama sekali tidak tertarik untuk membantu Melati, karena rasa bersalahnya karena telah menewaskan 18 anak didik di taman bacaan nya saat berlibur ke pantai. Hal itu terjadi karena kapal yang di tumpangi mereka semua tenggelam karena terkena badai, Karang frustasi karena tidak dapat menyelamatkan mereka.  namun akhirnya karena kecintaan karang akan anak-anak akhirnya karangpun menolong Melati. Karang terus berusaha semampunya untuk mengajari Melati, yang di awali dengan adab makan menggunakan sendok dengan tangan kanan. Memang susah sekali namun Karang tak pernah putus asa, ia gigih dalam mengajari Melati walau kerap kali Karang di usir dari dumah Tuan HK dan Bunda. Karena di anggap pemabuk, atau cara mengajarnya yang kasar oleh Tuan HK.
Karang sempat putus asa, ia sudah kehabisan cara untuk mengenalkan Melati nama benda-benda apa yang ia sentuh, Tuhan memang tak pernah tidur. Entah dari mana satu persatu keajaiban mulai terjadi, Melati pergi keluar untuk merasakan hujan, telanjang kaki ia menginjak rumput - rumput yang di penuhi rintikan air hujan. Lalu keajaiban kembali terjadi saat bulir bulir hujan membasuh tangan mungil Melati.
Melalui telapak tangan itulah panca indera Melati berada, kembali sudah segala semesta yang pernah hilang pada Melati. Akhirnya dunia Melati tak lagi gelap dan monoton, kini ia bisa mengenal siapa pencipta nya, siapa orang tuanya, siapa guru yang mengajarkannya dll.

Analisis
           Novel ini banyak memberikan pelajaran untuk lebih banyak bersyukur atas berkah dan karunia yang telah ia berikan pada setiap hamba - hambanya, juga mengingatkan  kita pada kunci meraih kebahagiaan yaitu ikhlas dan sabar

Evaluasi
           Kelebihan yang terdapat pada novel ini menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah bagi seorang anak - anak, tentang ketabahan hati dan keteguhan hati untuk tetap berada pada jalan kebenaran, untuk tidak mudah menyerah. Penulis berulang ulang kali mengingatkan seorang pembaca agar tetap bersyukur dan sabar untuk menghadapi segala masalah "hidup ini adil, sungguh Allah maha adil. Kita lah yang terlalu bebal sehingga tak tahu dimana letak keadilannya, namun bukan berarti Allah tak adil".
Sedang kekurangannya hanya terdapat pada pemilihan beberapa kosa kata yang sedikit tidak baku sehingga pembaca sulit memahaminya.






Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog